[Review] 86 by Okky Madasari – Mengangkat beragam isu pemerintahan dan masyarakat
Tapi rezeki memang sering kali seperti bayangan. Tak pernah didapat saat dikejar-kejar.
Judul:
86
Pengarang:
Okky
Madasari
Ilustrasi & Desain sampul: Restu
Ratnaningtyas
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan ketiga - Maret, 2015
Tebal
buku: 256 halaman
Format:
Paperback
ISBN:
978-979-22-6769-3
Nama Okky Madasari boleh jadi sudah
tidak asing lagi terutama di kalangan penikmat novel Indonesia. Maryam-salah
satu novelnya- pernah memenangi penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2012
untuk kategori prosa. Aku pribadi lumayan penasaran ingin mencoba membaca
tulisan Okky. Syukurlah, ada empat bukunya yang telah “duduk manis” di rak
bukuku menunggu untuk dibaca. Dan aku memulainya dengan yang berjudul 86.
Ya, tampaknya kaver merupakan hal yang
sulit untuk luput dari pengamatanku. Novel yang judulnya sangat singkat bahkan
hanya berisi angka ini memiliki kaver berwarna kuning cerah. Jika diperhatikan
lebih detil, angka 86 yang hampir mendominasi seluruh halaman kaver, terjalin
dari gabungan gambar-gambar yang manis dan tentunya enak dipandang mata atau artistic mungkin sebutannya. Belum lagi
warna dominan kuning yang mampu mencuri perhatian.
Awalnya aku mengira 86 adalah satuan
operasi khusus atau kode-kode di kepolisian. Ada, kan, ya, acara 86 gitu di
televisi. Lalu ketika membaca beberapa halaman awal novel ini, aku kembali
menebak bahwa 86 itu adalah kode waktu yang Arimbi lalui. Segala rutinitas
pekerjaannya di setiap hari yang dimulai dari pukul 8 dan berakhir pukul 6.
Haha, apalah aku, ini. Malah menjadi detektif abal-abal. :D
Jalan hidup Arimbi adalah pokok utama
cerita di novel ini yang kemudian melebar menjadi banyak topik kecil. Aku
merasa bahasan Okky di sini sangat luas, menyoroti banyak aspek. Katakan saja,
pertama tentang hidup di ibukota dan tentang status PNS di mata banyak orang. Lalu
tentang pacaran, korupsi, penjara, hingga narkoba. Menurutku Okky menulis
dengan tegas dan berani. Mungkin sebutan lainnya adalah realis. Maksudnya penggambarannya
mengenai hal-hal tersebut di novel ini tampak nyata dan bisa di jumpai di
kehidupan nyata. Apalagi ketika melihat latar belakang Okky yang sebelumnya
merupakan seorang jurnalis. Hmm, jadi ikut prihatin sekaligus geram saat
membaca isu-isu tersebut.
Arimbi sendiri adalah seorang perantau.
Berasal dari Ponorogo (kalau tidak salah) lalu berkuliah di Solo dan bekerja sebagai
PNS di ibukota. Kehidupan di Jakarta dinilainya keras meski kedua orangtuanya
di kampung beranggapan anaknya telah mematahkan nasib karena berhasil kerja
kantoran dan tidak bertani seperti ibu dan bapaknya tersebut. Setelah empat
tahun bekerja sebagai PNS di pengadilan, dia mulai merasa rutinitasnya monoton
hingga suatu kali hidupnya mulai mengalami “lika-liku” saat ia tahu bagaimana
sistem “86” yang ternyata biasa di lakukan oleh banyak pegawai di tempatnya
bekerja tersebut.
Arimbi yang lugu mulai berubah. Setelah pertemuannya
dengan Ananta, ada banyak hal yang tidak baik atau tabu atau pun
melenceng yang kemudian dilakukannya. Ananta bukan serta merta antagonis, sih. Pada akhirnya
dia sosok suami yang baik. Percintaan mereka tidak terlalu romantis namun tidak
juga terlalu fiksi. Natural dan manusiawi. Ya, ada, sih, bagian yang tidak
kusukai terutama saat mereka masih pacaran.
Secara keseluruhan aku menyukai novel
ini. Hal-hal berbau politik, korupsi dan birokrasi merupakan garis besar novel
ini. Membaca 86 membuat perasaan campur aduk: sedih, prihatin, geram, kesal. Ternyata
seperti ini cara Okky menuliskan novel. Aku kira akan berisi banyak kalimat
yang berputar dan membingungkan dalam menentukan maknanya. Rupanya tegas, lugas
dan beberapa kali berupa sindiran sinis. Aku berencana membaca karyanya yang
lain. Mungkin Maryam (karena memenangkan penghargaan). Rasanya jadi sayang aku
melewatkan membeli Entrok. Padahal sudah kupegang-pegang buku itu kemarin, hm.
Setelah membaca 86, aku jadi punya ekspektasi yang lebih tinggi lagi terhadap
novel-novel Okky.
Bagaimana menurutmu? Apakah kalian juga
suka membaca karya Okky Madasari? Silakan share di kolom komentar. Apapun itu,
selamat membaca buku, ya. :D
Rating: (3/5) liked it
Comments
Post a Comment