[Review] Twilight: The Graphic Novel by Stephenie Meyer & Young Kim – Novel grafis adaptasi pertamaku

Pertama, Edward adalah vampir. Kedua, ada sebagian dirinya--dan aku tak tahu seberapa kuat bagian itu--yang haus akan darahku. Dan ketiga, aku jatuh cinta padanya, tanpa syarat, selamanya.


Judul asli: Twilight: The Graphic Novel
Judul terjemahan: Twilight: Novel Grafis
Seri: Volume 1
Pengarang: Stephenie Meyer
Ilustrator: Young Kim
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Oktober, 2010
Tebal buku: 224 halaman
Format: Paperback; Novel grafis
Genre: Romance, Supranatural
ISBN: 978-979-22-6251-3

Twilight Saga sempat populer pada sekitar tahun 2005 dan/atau 2008. Kisahnya lebih dulu diterbitkan dalam bentuk novel yang kemudian berlanjut diangkat dalam bentuk film. Saat itu sepertinya banyak, deh, yang terpesona dengan sosok Edward Cullen, hehe. Aku pribadi sempat mempunyai novel seri pertamanya. Namun sisa seri lainnya kupinjam baca punya teman.

Aku sendiri menemukan buku ini di areal obral Gramedia. Aku tertarik karena belum pernah bersntuhan dengan novel grafis. Harganya pun sudah jauh sekali diskonnya sehingga kupikir, mengapa tidak? Mungkin rasa penasaran akan novel grafis bisa terjawab, salah satunya dengan membaca buku ini.

A graphic novel is a narrative work in which the story is conveyed to the reader using sequential art in either an experimental design or in a traditional comics format. The term is employed in a broad manner, encompassing non-fiction works and thematically linked short stories as well as fictional stories across a number of genres. - Wikipedia

Twilight sendiri merupakan seri pertama dari empat seri Twilight Saga karangan Stephenie Meyer. Untuk novel grafisnya ini, adalah Young Kim yang mengilustrasi dan mengadaptasi kisah Twilight tersebut. Pada seri pertama ini, pembaca diajak berkenalan dengan para tokoh dan konfliknya. Dan sejauh yang bisa kulihat, konfliknya lebih tentang rasa cinta Isabella Swan dan Edward Cullen. Cinta yang terlarang #sudahkayakjudullagu #hehe. Eh, tapi, mengapa terlarang?

Edward adalah vampire. Makhluk bertaring, penghisap darah, dan pastinya bukan manusia. Di dalam novel ini, Edward tinggal berkelompok dengan “keluarga” vampire-nya. Mereka memilih Forks bukan tanpa alasan. Dan mereka tidak seperti vampire kebanyakan. Maksudnya mereka mencoba memenuhi kebutuhan akan darah tanpa menghisap darah manusia. Ada yang tahu bagaimana caranya? :D

Bella yang baru pindah ke Forks, bertemu Edward di sekolah barunya. Bella menemukan dirinya sangat menyayangi Edward bahkan hingga sangat berlebihan (dalam deskripsi di novel ini). Seakan Bella dapat meninggalkan apapun dan siapapun. Di sisi lain Edward juga mendapati dirinya menyayangi Bella. Sejak awal bertemu dia sudah merasa Bella berbeda. Love at the first sight, maybe.

Ah, tahu donk siapa musuh vampire? Yup, Werewolf atau manusia serigala. Aku pernah menonton film Van Helsing dan Underworld. Di sana werewolf adalah salah satu makhluk yang diciptakan untuk melawan keganasan vampire (terutama jika di kisah tersebut vampire adalah villain).

Nah, begitu pula kisah di novel ini. Edward mendapat saingan dari Jacob (yang nantinya dapat berubah menjadi werewolf). Belum lagi Jacob juga menyayangi Bella. Tentunya vampire dan werewolf bertolak belakang. Satu berdarah panas dan satunya lagi berdarah dingin. Poin dimana yang menjadi werewolf adalah salah satu suku asli yang mendiami Amerika adalah hal yang menarik untukku. Ya, meski sayangnya konflik utama di buku ini (menurutku) hanyalah percintaan antara Bella dan Edward dengan gambaran Edward yang terlalu sempurna itu. BTW, aku bukan team Jacob juga, sih.

Untuk novel grafisnya ini, aku suka dengan gambarnya. Sempat berharap agar aku sebelumnya sama sekali tidak tahu tentang kisah ini. Dengan kata lain, aku ingin novel grafis ini yang kubaca pertama kali sebelum membaca buku atau menonton filmnya. Jadi, mungkin akan ada lebih banyak yang bisa kureview. Haha, ternyata mereview komik dan novel grafis ini lumayan sulit, ya.

Membaca novel grafis ini tidak makan waktu lama. Apalagi saat itu aku sudah lama tidak membaca komik. Rasanya seperti refreshing karena bagiku membaca komik juga menyenangkan. Novel grafis memang solusi untuk membaca novel dengan singkat. Tidak memakan banyak waktu meski ada beberapa review di Goodreads yang kubaca bahwa novel grafis ini sudah disingkat sedemikian rupa. Ada pro dan kontra. Dan, ya, setelah menamatkan novel ini, aku setuju jika novel grafisnya memang lebih mirip dengan versi film adaptasinya.

Sepertinya lumayan asik juga jika punya kesemua seri novel grafis ini. Bukan lebih karena kisahnya, tapi ilustrasi dan kavernya cantik. Kalau aku punya yang seri keduanya (New Moon), kavernya kayak bisa di satuin gitu gambarnya. Ya, itu, mana tahu bisa ketemu lagi di areal diskonan. Jika tidak, aku mau mencoba membaca novel grafis yang lainnya. Apalagi Nimona karangan Noelle Stevenson yang juga menjadi wishlist-ku itu tampak menggoda. Semoga kesampaian. Aamiin. Anyway, selamat membaca buku, kawan.

Rating: (3/5) liked it
Submitted to:

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe