[Review] A Caribbean Mystery by Agatha Christie – Miss Marple kembali memecahkan suatu kasus
“Sesungguhnya,
biasanya kita tidak mengetahui mengenai keadaan orang lain. Bahkan, juga tidak
mengetahui mengenai orang yang paling dekat dengan kita.” - Evelyn
Judul
asli: A Caribbean Mystery
Judul
terjemahan: Misteri Karibia
Seri:
Miss Marple #10
Pengarang:
Agatha
Christie
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan keenam - Mei, 2014
Tebal
buku: 320 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Mystery
ISBN:
978-979-22-9319-7
Selain menciptakan tokoh Poirot, Queen of Crime a.k.a Agatha Christie (sepengetahuanku) juga
mempunyai beberapa tokoh detektif lainnya antara lain Miss Marple; serta Tommy
dan Tuppence. Untuk seri Miss Marple sendiri aku sudah pernah melahap Sleeping Murder dan Miss Marple's Final Cases. Alih-alih
detektif, Miss Marple digambarkan sebagai perempuan paruh baya (atau malah bisa
dikatakan lumayan tua) yang suka bercerita dan mempunyai pikiran yang jernih
dalam memecahkan beragam kasus (kriminal) yang tidak sengaja menghampiri kehidupannya.
Ya, tokoh-tokoh yang Agatha ciptakan boleh dibilang mempunyai kesan dan
penampilan yang tidak dapat tertebak.
Well,
aku selesai membaca buku ini pada Juni lalu. Dan, ya, baru sekarang aku bisa
menuliskan reviewnya. Ada beberapa potongan kisah A Caribbean Mystery yang mulai terlupakan. Mungkin karena alurnya
seperti diperlambat atau memang tidak terlalu mengesankanku. Aku juga mulai
lupa apa motif si pelaku sebenarnya dan bahkan nama-nama tokoh di dalamnya
(selain Miss Marple tentunya). Ah, apakah ini karena factor U? Hahaa, tidaak.
#hebohsendiri
Baiklah, demi hutang review terhadap
diri sendiri, aku akan membuka kembali beberapa halaman di buku ini. Secara
ringkasnya, buku ini memiliki latar sebuah pulau di perairan Karibia. Miss
Marple tengah berlibur di sana akibat bujukan dari salah seorang keponakannya.
Miss Marple terkena serangan radang paru-paru yang berat sehingga dokter
menyarankannya untuk berlibur di tempat yang banyak sinar matahari. Miss Marple
akhirnya setuju meski merasa cukup berat meninggalkan rumahnya di St. Mery
Mead.
Keponakannya tersebut telah mengurus
segalanya. Bukan hanya tiket perjalanan dan penginapan, rumahnya di St. Mery
Mead pun dijamin akan diurus dengan baik. Tempat di Karibia tersebut bernama
St. Honored dan Miss Marple menginap di Hotel Golden Palm. Meskipun pengurus
hotel tersebut telah berganti, namun mereka telah berjanji untuk mengurus Miss
Marple dengan sebaik-baiknya. Pasangan suami Istri Kendal tampak harmonis dan
bersemangat. Pun usaha ini sangat penting dan berarti untuk mereka.
Miss Marple telah merasa bosan karena
kegiatan dan pemandangan di sana dinilainya begitu monoton. Hingga (tentu saja)
terjadi sebuah pembunuhan yang seharusnya dapat dicegah olehnya. Mayor Palgrave,
salah seorang kenalannya di penginapan tersebut merupakan pensiunan serdadu.
Dia suka bercerita mengenai pengalaman masa mudanya. Hari itu dia bercerita
tentang peristiwa pembunuhan dan dia memiliki potret si pembunuh tersimpan di
dalam dompetnya. Wajah pembunuh tersebut tampak mirip dengan salah seorang tamu
di hotel ini juga. Namun belum sempat menyebutkan nama orang tersebut kepada
Miss Marple, Mayor Palgrave menghentikan ceritanya dan dia ditemukan terbunuh
keesokanharinya.
Siapakah pembunuhnya? Tentu ada banyak
tersangka di sana. Miss Marple mulai memperhatikan setiap tamu di penginapan
tersebut berikut pengurusnya. Sedikit demi sedikit fakta bermunculan. Aku ikut
menebak-nebak dan bahkan itu pun aku sudah tidak ingat apakah tebakanku benar
atau salah. OMG, hahaha. Entah mengapa ada banyak potongan mengenai buku ini
yang terlupakan. Padahal kavernya lumayan manis paduan warna ungu muda dan
putih.
Ada satu hal yang sempat aku cermati di
kisah ini (dan aku ngeh karena sudah kuberi tanda di halamannya). Ini tentang
penyakit Tekanan Darah Tinggi. Ternyata pada masa Agatha menuliskan kisah ini,
penyakit tersebut belum (istilahnya) sefamiliar
saat ini. Pada saat itu masih tergolong penyakit baru. Dan penyakit tersebut
diangkat menjadi dugaan penyebab kematian Mayor Palgrave berdasarkan analisa
dokter. Saat membaca bagian tersebut, betapa waktu telah bergerak semakin maju.
Banyak hal sudah berkembang. Namun aku masih senang membaca kisah dengan latar
masa lalu bahkan klasik. Selalu, kesederhanaan hidup di masa itu terasa
menyenangkan untuk disimak, hehe.
“Oh,
begitu. Alatnya sangat menakutkan, kalau Anda memasang ban karet pada lengan
seseorang dan kemudian memompanya alat itu, saya tidak menyenanginya. Akan
tetapi, dokter saya berkata, bahwa tekanan darah saya adalah baik sekali untuk
orang seumur saya.” (hal. 61)
Meski biasanya aku menemukan banyak
kutipan menarik terlebih dari buku dengan latar masa lalu, di sini tidak banyak
yang kutemukan. Aku hanya menemukan satu dan itupun telah kutaruh di bagian
atas review ini. Secara keseluruhan, kisah Miss Marple kali ini memang menarik
hanya saja aku sempat kelelahan dengan alurnya dan dengan tahapan dia
menyingkap kasusnya. Ada beberapa hal yang sempat terlupa karena rentang waktu
aku membaca dan menulis review ini cukup jauh. Ditambah mungkin aku-nya yang
kurang terkesan dengan petualangan Miss Marple kali ini. Tentunya aku masih
bersemangat memburu kisah-kisah lainnya yang telah Agatha tulis. Apalagi di
bagian belakang buku ini dilengkapi dengan daftar judul lengkap karya Agatha,
mulai dari seri Poirot, Miss Marple, Tommy and Tuppence hingga kumpulan cerita
lainnya. Total ada 80 judul. Hayo, kamu sudah baca dan sudah punya berapa?
Selamat membaca buku, kawan. :D
Rating: (3/5) liked it
Submitted to:
Read and Review Reading Challenge 2017 kategori Lima buku dari penulis yang sama
Rating: (3/5) liked it
Submitted to:
Read and Review Reading Challenge 2017 kategori Lima buku dari penulis yang sama
Comments
Post a Comment