[Review] The Hobbit by J.R.R. Tolkien - Petualangan penuh imajinasi

“In a hole in the ground there lived a hobbit.”


Judul: Hobbit
Judul Asli: The Hobbit
Pengarang: J.R.R. Tolkien
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Januari, 2013
Tebal buku: 352 halaman
ISBN: 978-979-22-8633-5

Tertarik untuk membaca buku ini karena tak sempat menonton film adaptasinya yang tayang sekitar akhir 2012 lalu. The Hobbit merupakan seri awal dari trilogi The Lord of The Ring. Filmnya pasti keren sekali. Terbukti telah memenangkan berbagai macam penghargaan. Di sisi lain, nama besar J.R.R. Tolkien tidak bisa dipandang sebelah mata, bukan?

Buku setebal 348 halaman ini dimulai dengan sebuah gambar Peta Thror. Sebuah peta harta karun bertuliskan huruf rune, yakni huruf-huruf lama yang biasanya diukirkan di kayu, batu, atau logam. Selanjutnya, The Hobbit berkisah tentang kehidupan "seorang" hobbit bernama Bilbo Baggins. Ia tipikal hobbit yang menyukai hidup di dalam zona nyaman. Ia tinggal di liangnya yang hangat dan penuh makanan yang diberi nama Bag-Ends. Suatu kali kehidupannya yang nyaman itu terusik. Gandalf si Penyihir datang dan mengajaknya bertualang.

Inti dari petualangan ini adalah merebut kembali harta milik keluarga kurcaci Thorin yang dirampas oleh seekor naga jahat bernama Smaug. Gandalf bersama 13 orang kurcaci tersebut datang satu persatu ke liang Bilbo, yang menjamu mereka dengan ramah walaupun mereka cukup merepotkannya. Di sini aku melihat sebuah keunikan. Meski mereka kurcaci dan hobbit, namun mereka memiliki tata krama yang baik sekali. Ini terlihat ketika para kurcaci satu per satu bertamu ke rumah Bilbo. Para kurcaci akan berkata: Dwalin (misal nama kurcaci tersebut) siap melayanimu. Kemudian, Baggins alias tuan rumah akan membalas: Bilbo Baggins, siap melayanimu (hlm. 18).

Ketigabelas kurcaci tersebut meremehkan Bilbo karena ia sama sekali tidak pernah melakukan petualangan apapun. Namun karena mereka termasuk Gandalf hanya bertigabelas dan itu merupakan angka sial bagi kurcaci, maka atas rekomendasi Gandalf, mereka mengajaknya. Gandalf pun sering meyakinkan mereka bahwa Bilbo mempunyai kemampuan lebih baik daripada yang mereka duga, bahkan lebih banyak lagi daripada yang dia sendiri menyadarinya (hlm. 32).

Buku ini menjadi semakin seru karena menghadirkan kisah yang keren banget. Kisah petualangan Bilbo dipaparkan dengan gaya yang tidak berlebihan. Ditambah tokoh-tokoh yang ada di buku ini sebagian besar bukanlah manusia melainkan hobbit, kurcaci, troll, dll. Penuh imajinasi! Wajarlah buku ini telah terjual jutaan copy sejak diterbitkan di tahun 1937.

The Hobbit pun sarat pendidikan. Ibaratnya Tolkien tidak hanya menceritakan dongeng kosong tanpa pesan moral. Ada banyak hal baik yang bisa dipetik seperti isu tentang perdamaian di atas perbedaan, nilai tata krama atau kesopanan, dan sebagainya.

Aku menyukai hampir semua bagian cerita. Hanya satu bagian saja yang agak kurang, menurutku. Mungkin karena aku telah berekspetasi di awal bahwa yang akan mengalahkan Smaug nanti adalah Baggins dan itu melalui pertempuran sengit dan seru. Aku berekspetasi seperti itu karena inti cerita di awal tadi tentang merampas kembali harta dari naga jahat Smaug dan judul novel ini pun The Hobbit. Eh, ternyata yang mengalahkannya bukanlah Baggins. Dan itu pun dilakukan dengan mudah sekali. Sepertinya Tolkien tak ingin tokoh utamanya melakukan pembunuhan, nih, hehe. Ya, anggap saja ini salah satu twist yang dihadirkan pengarang buat kita para pembaca karyanya. Lalu siapa yang mengalahkan Smaug? Silakan cari tahu langsung di bukunya saja, ya. The Hobbit layak untuk dibaca dan dikoleksi.

Rating: (5/5) it was amazing

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe